3 min read

Berkembang

Berkembang

Pada awalnya gak ada niatan mau nulis akhir/awal tahun, karena yang sudah-sudah tulisannya ya hanya mengulang tulisan-tulisan sebelumnya. Sampai kemarin membaca sebuah tulisan yang membuat saya cukup tersenyum dan akhirnya kembali menulis catatan awal tahun. Untuk memulai tulisan ini mari kita mulai dari jenis web yang sering saya kunjungi: Media Sosial.

Media Sosial

Salah satu keunggulan media sosial adalah menipisnya batas-batas yang ada, dari waktu, tempat, dan bahasa. Dengan konsep follow sedikit banyak membentuk pola bubble informasi, misal dalam timeline akun saya isinya antara anime, manga, atau wibu stuff dan dunia it secara umum, sehingga gak jarang saya terlepas dari berita umum namun cukup update dengan berita teknologi dan anime.
Dengan mengikuti orang-orang hebat di twiiter misalnya, saya seringkali kagum dan mungkin saja iri ketika melihat karya-karya yang dihasilkan dari orang-orang yang saya ikuti, serius kagum sekali akan produktifitasnya. Selain kagum akan produktifitasnya juga pasti iri dengan kemampuannya, dan karena algoritma media sosial juga memberi rekomendasi-rekomendasi yang muncul adalah akun atau topik yang sering bahas hal-hal yang saya ikuti, dan ketika melihat orang lain terutama yang seumuran atau bahkan lebih muda mempunyai karya yang canggih sekali, selain kagum dan iri kadang muncul juga rasa insecure.

Imposter syndrome

Imposter syndrome, also called perceived fraudulence, involves feelings of self-doubt and personal incompetence that persist despite your education, experience, and accomplishments.
dikutip dari : https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#types

Imposter syndrome, self-doubt atau yang saya pahami dari kutipan di atas adalah ketidak percayaan diri (sungguh penarikan kesimpulan yang memaksa memang). Seringkali saya berpikir jangan-jangan saya jangankan jago dibilang pas-passan aja udah berlebihan, atau jangan-jangan saya keterima kerja murni keberuntungan bukan karena kemampuan. Ya pikiran-pikiran itu sering sekali muncul di kepala saya dan salah satu solusi yang saya lakukan untuk menanggulanginya adalah dengan cara banyak belajar. Dalam konteks pekerjaan saya dulu awalnya dimulai dengan bahas PHP, lalu merasa ingin lebih mulai bergeser ke javascript, saat itu Vue, belum kelar Vue mulai coba lainnya, sampai sekarang saya menggunakan python untuk pekerjaan. Tapi tak selamanya belajar itu mudah, beberapa kali saya mentok dan bukannya nambah semangat malah seperti memvalidasi keyakinan bahwa saya tidak becus. Sampai kemarin, sebelum berakhirnya tahun, saya membaca sebuah tulisan di stackoverflow berjudul “What I wish I had known about single page applications“, tulisannya memang dengan judul “single page application”  tapi yang membuat saya terpicu membuat tulisan ini ada pada bagian

Another general area I wish I had been more cognizant of is technology envy. As a developer wanting to improve my skill set and value to potential employers, I’m constantly on the lookout for new technology. But sometimes it’s easy to get envious of what others do, without realizing the skills you already have are valuable too.

Pada poin itu saya seperti diberi tahu jangan-jangan saya terlalu banyak melihat orang lain tanpa melihat dan mengapresiasi diri sendiri, betul memang saya gak jago-jago amat tapi ya saya juga tidak bego-bego amat, saya masih bekerja dengan normal, cukup memenuhi target, kadang bisa bantu orang lain, bukan hal yang buruk kan? Dengan kutipan tulisan di atas juga seperti mendapat validasi akan pendapat saya yang sering kali saya tolak sendiri bahkan sebelum pendapat ini keluar dari mulut. Bahwa berkembang itu bukan hanya menambah jumlah (bahasa pemograman) yang dimiliki, tapi bisa juga mendalami satu (bahasa) yang sedang digunakan. Kebetulan saat ini saya sedang mencoba menulis kembali pemahaman saya tentang django di seri tulisan django, saya mencoba membuat tulisan yang bukan sekadar tutorial tapi memang berbagi pemahaman yang saya tahu, karena ketika saya memulai tulisan tersebut saya menjadi sering baca dokumentasi dan membuat tersenyum karena banyak hal yang saya lakukan ternyata terlalu berlebihan hha. Saya juga mulai coba aktif di beberapa grup pemograman menjawab beberapa pertanyaan yang sepertinya saya bisa bantu jawab, alasannya sederhana sih, membantu saya kembali mengingat.
Terlepas dari apa yang saya lakukan saat ini musuh utamanya masih satu: konsisten.

Yasudah ya tulisan awal tahunnya, terima kasih 2021, selamat menempuh 2022.

note: Gambar utama diambil dari Eilis Garvey – Unsplash