Tulisan ini bukan tentang membandingkan kedua bahasa seperti benchmark performa dan sejenisnya. Tulisan ini hanyalah catatan dari seseorang yang terbiasa menulis Python dan sekarang beralih ke Go. Typing Saya bisa dibilang seperti kebanyakan web programmer di Indonesia. Pekerjaan pertama saya adalah PHP – dan otomatis terpapar JavaScript – lalu dilanjutkan dengan Python.
Sudah tidak tahan ingin ikut berkomentar mengenai #KaburAjaDulu. Beberapa hari terakhir, tagar tersebut berseliweran di berbagai media sosial. Dari yang awalnya hanya muncul di kalangan tertentu, lalu meluas hingga dianggap tidak nasionalis—sungguh perjalanan tagar yang sangat jauh. Tapi saya di sini hanya ingin berkomentar: mengapa #KaburAjaDulu menjadi sangat dipermasalahkan,
Jika kita berbicara mengenai bahasa pemrograman populer yang dianggap ramah pemula, Python hampir selalu masuk dalam daftar. Struktur penulisannya yang sederhana, ekosistem yang luas, serta banyaknya tutorial yang tersedia menjadikannya pilihan yang baik bagi pemula. Namun, meskipun Python ramah pemula, pengelolaan paketnya sering kali membingungkan, bahkan bagi yang sudah berpengalaman
Walaupun dari awal saya membuat blog untuk kebutuhan pribadi sebagai tempat menampung segala macam permasalahan yang pernah saya alami, terkadang tetap muncul rasa penasaran: Ada nggak ya orang yang mampir ke blog ini? Tulisan apa saja yang paling banyak dikunjungi? Sebelumnya, saya menggunakan Google Analytics. Alasannya sederhana: saya sudah punya
Saya pernah menulis mengenai bagaimana LLM cukup membantu dalam menulis kode. Namun, LLM yang saya maksud di sana adalah LLM yang tersedia di berbagai layanan seperti ChatGPT, Claude, dan OpenRouter. Biasanya, yang saya lakukan adalah: 1. Masuk ke website terkait. 2. Memasukkan prompt. 3. Membaca dan menyalin jika sudah sesuai.
Latar Belakang Sebelumnya, saya jarang sekali menulis tes untuk kode yang saya buat, sampai di kantor mulai diwajibkan untuk menulis tes. Sejak itu, menulis tes menjadi kebiasaan baru. Dari beragam pendekatan tes, salah satu preferensi saya adalah menggunakan basis data "asli" daripada mock. Alasannya sebenarnya sederhana: 1. Mayoritas
Membaca artikel Tantangan Blog 2025 saya jadi ingin ikut serta dalam tantangan ini, jadi tidak perlu lama-lama lagi langsung mulai. Mengapa kamu mulai ngeblog? Pertanyaan sederhana tapi lumayan sulit, jika saya tidak salah ingat perkenalan saya dengan istilah blog adalah saat saya masih duduk di bangku SMA, waktu itu saya
Sesuai judul tulisan ini curahan hati bagaimana LLM bahkan yang gratisan sangat membantu untuk belajar pemograman, anggap saja sebagai senior programmer yang bisa kita tanya-tanya setiap saat. The Good Parts Setidaknya ada dua hal penggunaan LLM yang sering saya lakukan: belajar hal baru & membantu mengatasi skill issue. Skill Issue
Blog ini dan beberapa side project lainnya bersemayam di satu server, semuanya dilayani oleh konfigurasi docker-compose dan caddyfile serta dns menggunakan cloudflare. Di sini saya memanfaatkan 2 hal sebenarnya docker-compsoe yang bisa melayani beragam service dan memanfaatkan reverse proxy dari caddy (nginx juga bisa sih) lalu setelah itu ya manfaatin
Sebagai orang yang pelupa saya cukup tergantung sekali dengan catatan, sejauh ini alat yang saya gunakan untuk mecatat dan agar bisa sync dengan beragam alat yang saya miliki adalah telegram, iya telegram aplikasi chat itu, telegram memiliki fitur saved message yang hanya bisa diakses oleh diri sendiri jadi saya bisa
Selama ini saya bekerja berpindah-pindah stack, awal menggunakan framework Codeignter dan Laravel, pindah ke python langsung menggunakan Django dan sekarang di kantor menggunakan Go yang sudah dibuat struktur dan pattern oleh atasan saya, karena hal itu saya berpikir saya sangat jarang bikin sesuatu yang emang dari awal, saya hanyalah penambah
Bagi pengguna framework javascript saya yakin pasti mengenal istilah single file component (SFC), yang saya pahami SFC ini membantu kita untuk membuat satu komponen antar muka yang mempunyai tugas spesifik namun juga fleksibel untuk digunakan dalam beragam hal. Contoh paling umum SFC adalah seperti berikut, misalkan kita ingin menampilkan sebuah
Saat anak saya masih berusia satu tahun anak saya cukup sering dipuji oleh tetangga, saudara, dan orang tua. Dipuji jago makannya, pintar karena sudah bisa ini-itu, dan lain sebagainya. Sebagai orang tua tentu sangat senang anaknya banyak dipuji. Namun ketika menjelang usia dua tahun, kami, terutama istri saya merasakan perkembangan
Black Myth Wukong adalah gim "souls like" kesekian yang saya coba tanpa pernah memainkan Dark Souls sama sekali, gim dari Bloodborne (tidak lanjut terlanjur stress), Code Vain (sama belum lanjut ternyata susah juga bos nya), Nioh 1 dan Nioh 2 (kadang lanjut lebih sering tidak) dan sekarang ke
Kenapa membuat url-check? Oke, tidak ada yang bertanya seperti ini kepada saya, tapi biarkanlah saya menulis alasan-alasannya di dalam blog ini. Skill Issue Saat banyak orang side project dengan beragam AI, membuat compiler, membuat the next big thing saya memutuskan untuk membuat url-check karena sederhana skill issue. Apakah saya ingin
Disclaimer: Tulisan ini adalah pengalaman memindahkan konfigurasi ghost & nginx ke ghost & caddy di dalam docker, tulisan ini mencatat apa yang saya temukan dan bagaimana saya menyelesaikannya, besar kemungkinan solusi yang saya lakukan dan pengambilan kesimpulannya bukan hal yang seratus persen tepat. Blog saya yang ini yang sedang Anda
Django sampai saat ini merupakan framework favorit saya, dari segi fitur sampai developer experience bagi saya django memenuhi ekspektasi. Django memang bukan framework tercepat tapi untuk banyak hal saya tasa sudah cukup. Di tulisan kali ini bukan untuk membahas django adalah framework terbaik, kenapa django lambat, atau sebagainya, tulisan ini
django
Di sini tidak membahas mengenai satu varian kopi, bukan pula bahas sulap, "magic" di sini hanyalah istilah yang umum disebutkan pada keajaiban sebuah bahasa atau framework pemograman. Kenapa disebut keajaiban karena dari usaha menulis sampai menjadi hasil memang terasa seperti magic, mari lihat kode dari Django + Django Rest
python3
Jika kita berbicara "REST API" di Django maka hal paling populer digunakan adalah Django Rest Framework (DRF), DRF ini sepertinya sudah jadi standar penggunaan "REST API" di Django, bagaimana tidak penggunaan DRF ini sangat dekat sekali dengan penggunaan Django standar, jika di Django standar umumnya beberapa
postgresql
Postingan terakhir mengenai cursor factory di sqlite bikin saya penasaran dengan fitur serupa tapi untuk database postgre kebetulan kerjaan saya menggunakan postgre, jadi, munculah tulisan ini. Saat mencari referensi saya menemukan di tutorial di internet banyak yang masih mengunakan psycopg2 padahal psycopg3 sudah rilis, jadi daripada pusing coba saja dulu
python3
Saat menggunakan raw sql daripada ORM satu hal yang menurut saya tidak nyaman dalam menggunakannya adalah bagaimana hasil dari query dikembalikan. Contoh saya memiliki kode seperti ini
Awalnya saya hanya ingin menulis pengalaman saya menggunakan Whossh si kereta cepat Jakarta (sekitar) Bandung, hanya saja saya merasa gatal ingin membahas bagaimana saya yang awalnya begitu menantikan menjadi biasa saja bahkan cenderung tidak perlu, jadi mulai dari sana dulu saja. Desas-Desus. Sepertinya banyak hal dimulai dari desas-desus, begitupun dengan
Tulisan ini akan membahas pengalaman saya sedari kecil dengan beragam transportasi publik. SD - SMP Mari lewati saja bagian ini, SD dan SMP saya deket banget tinggal jalan kaki jadi gak relate dengan transportasi publik. SMA Saat SMA mulai rutin menggunakan transportasi publik terutama angkot, dan ya saya tidak pernah
python3
Disclaimer: Tulisan ini bukan tulisan tutorial, ini refleksi bagaimana saya salah mengerti kebutuhan mock dalam testing. Satu hal dalam testing yang dulu bikin saya mengganjal adalah mock, itu semua terjadi karena saya salah mengerti maksud dari mock itu sendiri, saya terlalu terfokus kepada mock response, saya berpikir saat itu "